CIREBON PART 2 (EDISI PKL JANUARI-FEBRUARI)
9 Februari 2014, 8.17 a.m, Balongan Indramayu Jawa Barat.
Pagi ini
matahari benar-benar tersenyum girang. Cahayanya menghangatkan kamar yang
menjadi tempat tinggal kami selama satu bulan ini. Perjalanan ini akan terus
berlanjut. Perjalanan ini akan menjadi cerita paling berkesan. Hidup lebih dari
satu bulan di desa Majakerta Balongan. Memahami apa saja yang menjadi kebiasaan
masayarakat disini, kebudayaan, makanan khas, Bahasa dll. Aku terus mencintai
apa saja yang aku lakukan dan rasakan. Sebuah perjalanan! Makna kehidupan!
Kebahagiaan yang tak bisa diganti oleh apapun.
Sudah 3 minggu
kami menetap disini, menjadi anak rantau dan belajar layaknya seorang PE (Process Engineering) di PT.Pertamina RU
VI Balongan. Selama itu pula, kami memiliki banyak cerita. Cerita suka, duka,
miris ataupun masalah lainnya. Tapi kami tidak merasa itu sebuah kesengsaraan.
Semua adalah kebahagiaan.
Cerita itu
diawal pada tanggal 1 Februari 2014.
Sebelumnya,
akhir Januari merupakan hari libur nasional.
Hari itu ada perayaan tahun baru China. Kami belum berniat untuk
beranjak dari tempat kami berdiam diri. Lalu, kami membuat rencana untuk
menjelajahi Cirebon bagian kedua. Sabtu, awal di bulan Februari kami
bersiap-siap untuk ke Cirebon. Kami mengendarai motor. Motor itu adalah
pinjaman dari alumni Teknik Kimia Universitas Srwiijaya, Kak Titok Dalimunthe.
Ada keraguan dalam hati kecilku. Aku memang belum pernah mengendarai motor
sejauh 100 km, tapi aku bertekad untuk mencoba. Pagi-pagi kamu sudah menggoreng
pempek untuk dijadikan bekal saat perjalanan. Aku memanaskan motor, menggunakan
jaket, masker, helm. Aku kendarai motor tersebut, di belakang ada sahabatku.
Kecepatan motor stabil di 70 km/jam. Jalan menuju Cirebon tidak ramai. Sawah-sawah
di samping kanan kiri, sudah surut dengan banjir. Mata dimanjakan dengan
hamparan hijau meneduhkan.
Awal perjalanan terasa mulus. Sesampai di jalan by pass, kami mengalamin suatu kejadian.
Polisi sedang mengadakan razia. Motor yang berada di depan kami berhenti
sebentar, lalu berjalan. Aku tetap focus mengendarai motor. Kecepatan 70 km/jam
membuatku tidak mau berhenti secara mendadak. 3 polisi telah menghadang kami,
membuat formasi 1-2. Satu di bagian depan dan dua polisi lainnya di belakang.
Aku mulai mengelak, 3 polisi yang berdiri akhirnya menyerah. Siap siaga polisi
lainnya melihat kejadian itu. 2 orang polisi menggertak kami, memukul spion dan
mengenai lengan sebelah kiriku dengan gulungan kertas. Motor itu tak bisa
berhenti dan terus melaju. Aku memantau para polisi tersebut dari spion. Detak
jantungku berlali, suaranya menghenyakan perasaanku sesaat.
“Din, kok
tidak berhenti?” Tanya sahabatku Mona penasaran.
“Kalau kita
berhenti, polisi itu pasti mintau uang. Mencari kesalahan meskipun kita lengkap
dengan surat-menyurat, helm, spion dll” jawabku sekenanya.
Aku menghentikan
motor karena benar-benar haus. Aku beristigfar terus menerus. Kejadian itu
memang tampak biasa, tapi menurutku itu yang pertama kalinya dalam hidupku.
Sebelumnya memang aku pernah ditilang, dan itu karena plat motor yang aku
kendarai masih putih (belum dapat plat asli). Aku berpura-pura untuk berpikir
bahwa tidak terjadi apa-apa.
50 menit
perjalanan kami tempuh. Cirebon, kami datang!. Ini perjalanan kedua menuju
Cirebon. Sebelumnya saat aku mencari printer dengan Aris dan Agus. Patokan kami
di Cirebon hanya penunjuk jalan dan mengikuti alur angkot. Tujuan kami pertama
adalah mengunjungi keraton. Kamu melihat penunjuk jalan berbelok ke kiri
tertulis keraton kasapuhan. Dengan antusias, kami terus menelusuri jalan dan
membuntuti angkutan umum. Setelah 10 menit berlalu, kami terus melaju. Aku
melihat bangunan tinggi. Aku sangat senang. Tapi ternyata itu adalah masjid
agung AT-Taqwa yang sudah kami lewati sesampai di Cirebon. Kami berbelok dan
saat itu kami kembali di garis awal alias tempat yang sama. Gubrak!. Hatiku
terasa sesak. Aku berhenti di tempat pulsa. Disana aku banyak bercerita dengan
warga Cirebon (sebenarnya migrasi). Karena aku mulai terasa lelah, akhirnya
kami menuju PGC (Pusat Grosir Cirebon). Kami berkeliling, mencari masker,
sarung tangan, bantal leher dll.
Dari PGC, kami
lanjut menuju Masjid Agung At-Taqwa Cirebon. Kami berjalan kaki (kira-kira 5
menit). Sesampai disana, aku langsung menunaikan shalat dzuhur dan ashar (jamak
qashar). Setelah shalat, kami mengabadikan setiap momen di masjid tersebut.
Kami berfoto-foto di beberapa spot masjid.
Setelah itu kami mengambil motor di PGC dan masih mencari keraton yang belum
kami ketahui dimana letaknya.
Kami menuju
jalan lain dan mengikuti petunjuk jalan yang ada. Jalan dari putaran awal agak
berbeda. Setelah beberapa menit mengendarai, kami kembali lagi ke tempat awal.
Aku mulai menarik nafas. Aku masih penasaran, aku terus mengelilingi jalan di
Cirebon. Beberapa lama menyusuri jalan di Cirebon, aku merasa ada yang aneh
dengan jalannya. Ternyata kami menuju jalan ke Bandung. Cepat-cepat kami
memutar balik motor. Aku tidak ingin salaj jalan terlalu jauh. Beberapa menit
kemudian, kami kembali ke tempat awal. ARGH! Sudah 3x kami berputar dan 1x kea
rah Bandung. Kami menyerah sementara untuk ke keraton yang ada di Cirebon.
Setelah
berputar-putar keliling Cirebon dan tidak menemukan tempat yang dituju. Kami
membuat rencana baru. Kami menuju ke Grage Mall. Penasaran dengan mall terbesar
di Cirebon sejak beberapa tahun lalu. Kami berputar mencari arah menuju Grage.
Setelah beberapa menit kemudian, kami merasa kembali ke tempat yang membuat
kami berputar-putar. Kami bertanya dengan warga disana, walhasil petunjuk yang
mereka berikan beragam. Ada yang bilang lurus saja, lalu lampu merah kedua
belok kiri. Ada yang bilang belok kanan. Yah beginilah, akhirnya kami
berputar-putar kembali di JALAN YANG SAMA!. Hitung-hitung sudah 5x kami
memutari jalan yang berbeda, tapi tetap pada satu tujuan, spot awal di kota Cirebon. Dan kali ini, aku bertekad untuk
berhenti terus menerus, bertanya kepada masyarakat disana.
Aku berhenti
dan menanyakan jalan menuju Grage. Ibu separuh baya itu menjelaskan secara
detail. Dan penjelasn ini yang paling aku terima dan mengerti. Kalau aku
simpulkan, bahwa ibu itu adalah warga asli Cirebon, bukan migrasi. Kami terus
mengucapkan bismillah, dan Alhamdulillah kami MENEMUKAN GRAGE MALL. Lalu aku
berbicara dengan Mona, “Alhamdulillah, Grage Mall masih ada di Cirebon”. Kami
tertawa terbahak-bahak. Perjuangan untuk menuju keraton gagal total, lalu
menuju Grage mengalami kesulitan. 4x berputar-putar di tempat yang sama, 2x
menuju arah Jakarta dan Bandung. Alhasil 6x kami merasakan kegamangan di jalan
Cirebon. Ini karena malam sebelum ke Cirebon, kami banyak membaca mengenai
artikel Cirebon. Dan dikatakan disana bahwa “Jalan Cirebon itu berputar-putar”.
Paradigm itu yang merasuk pikiran kami. Mengelilingi Cirebon dan
berputar-putar. Dengan senyum setengah lelah, kami menguatkan diri untuk makan
siang.
Kami mencari kembali dan setelah satu kali
kembali berputar di tempat yang sama. Kami menemukan keraton Kanoman di dalam
pasar. Hmm, rasa lelah dan kecewa tampak jelas di wajah kami. Karena keraton
Kanoman tidak terawatt dengan baik. Tapi tetap saja, kami tersenyum karena
mengabadikan setiap moment yang ada.
Grage Mall dan
keraton Kanoman sudah kami kunjungi. Kuliner yang kami jumpai hari itu adalah
rujak eskrim, nangka, alpukat dan durian es krim. Kami mengunjungi stasiun
Cirebon, kantor DPRD dll. Perjalanan menuju Balongan sangat dingin, karena
angina berhembus sangat kencang. 30 menit berlalu, kami diberi cobaan kembali.
Ban belakang motor yang kami kendarai pecah. Sekitar 20 menit kami menunggu
pergantian dan pemasangan ban motor. 20 menit kemudian, akhirnya kami sampai di
Balongan. Kami sangat bersyukur, karena kami bisa sampai dengan selamat.
Alhamdulillah, lebih dari 100 km aku tempuh, ini rekor dalam hidupku. Ya
hitung-hitung latihan ketika ingin membawa mobil jauh melintasi pulau.
Pengalaman ini merupakan jejak kami selama di Cirebon dan Indramayu.
Foto-fotonya
sudah di upload di blog dengan judul
“Cirebon Part 2”. Selamat menikmati.
Dini Fuadillah
Sofyan #DFS bersama Mona Maryam. Sahabat yang paling setia mengarungi perjalanan
ini.
Balongan
Januari – Februari 2014.
No comments:
Post a Comment