Inderalaya, 22 April 2013
AKU, Social Project, Desa Suka
Merindu dan Bumiku!.
Dini Fuadillah Sofyan
email : dini_sofyan@rocketmail.com
@deesofyan
Melihat
kembali file-file foto di laptopku, mengingatkan kembali pada masa perjuangan
dan indah itu. Kalian tahu sobat? Sejak lomba sosial yang aku ikuti setahun
lalu banyak memberikan dampak positif hingga setahun sesudahnya. Awalnya hanya
coba-coba pada tahap pertama seleksi. Setelah itu kami dinyatakan lolos tahap
dua, kami mulai untuk berusaha lebih dan bisa memberikan hasil terbaik. Kalian
tahu sobat? Apa alasanku dan partner
satu team untuk total dalam
memperjuangkan kompetisi ini? Bukan karena hadiah yang diberikan, tapi karena
DESA SUKA MERINDU. Desa dengan nama yang unik, keramah tamahan warga desa
tersebut, perangkat desa dan yang terpenting adalah keluarga KEPALA DESA, pak
IIM dan keluarganya. Subhanallah! Aku merasa sangat beruntung bisa diberikan
Allah kesempatan untuk berkunjung ke desa tersebut. Alhamdulillah!
Sobat,
desa yang begitu aku cintai ini akhirnya bisa mengantarkanku pada beberapa kota
secara cuma-cuma alias gratis. Bukan itu saja, aku bisa memenangkan lomba
tersebut dan keluar sebagai juara kedua. Lalu, aku bisa lolos sebagai delegasi
dari Sumatera Selatan untuk menghadiri IMC (Indonesian
Movement Conference) 2013, pada tanggal 17-19 Mei di Jakarta. Dan di waktu
yang berdekatan, project di desa Suka
Merindu yang aku kelola lebih lanjut ini bisa meloloskanku pada seleksi
beasiswa aktivis nusantara III (BA 3) dari Universitas Sriwijaya.
Alhamdulillah, semoga ini merupakan langkah yang begitu luar biasa untukku
selalu mengabdi terhadap masyarakat desa, khususnya desa Suka Merindu,
Kecamatan Lubai, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
Aku menangis ketika aku tak bisa melanjutkan program di desa Suka
Merindu.
Akhir tahun 2012, aku mengajukan proposal PKM pengabdian masyarakat yang
diselenggarakan oleh Dikti. Setelah tiga
bulan menanti dengan sabar dan doa, akhirnya team yang aku usung tidak lolos. Aku hanya tertegun dan menatap
kembali sembari mengulang-ngulang pengumuman di layar HP, masih berharap ada desa
Suka Merindu yang lolos pada PKM-M tersebut. Hampir satu jam, aku tidak
menemukan, aku pasrah dan mulai berbesar hati. Ketika mengikuti seleksi BA 3 di
Universitas Sriwijaya, saat interview,
salah satu pewawancara bertanya : “Apa kegagalan yang paling berkesan dalam
hidupmu?”. Sesaat itu juga aku tertegun, berpikir keras karena memang selama
ini aku hampir sering merasakan kegagalan, aku bingung harus menjawab apa.
Sambil menarik nafas dalam-dalam, aku mulai memberanikan diri untuk menjawab.
“Kegagalan yang paling berkesan dalam hidup saya yaitu ketika saya gagal
mengikuti seleksi proposal PKM-M untuk desa Suka Merindu”. Air mataku tiba-tiba
mengalir deras tanpa kompromi. Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan, aku
mengendalikan diri, aku menghapus air mata, tapi hasilnya nihil. Untuk beberapa
saat aku tak mampu menahan gejolah perasaan di hatiku. Seluruh pewawancara tertegun melihat
tingkahku. “Begini pak, ketika saya tidak mampu berkontribusi secara maksimal
untuk salah satu desa, disanalah beban moral yang saya rasakan. Saya merasa
sangat sedih ketika sesuatu yang sangat bermanfaat bagi desa tersebut
terbengkalai dan tak mampu berjalan secara baik dan optimal”.
Inilah sedikit cuplikan saat aku
menceritakan desa Suka merindu. Saat di Jakarta, tepatnya di Haryono Suyono
Center, aku menceritakan desa tercintaku itu. Alhamdulillah sekarang aku
mendapatkan banyak relasi untuk membangun sedikit demi sedikit project yang aku canangkan.
Lalu, banyak orang berceletuk
tentangku, “Kelak nanti kamu akan menjadi apa ya Din?. Kamu itu lebih cocok
jadi politisi yang bisa membangun desa”. “Hobi kamu jalan-jalan terus,
memangnya kamu mau jadi apa kelak?”. “Dini, ikut lomba terus, organisasi,
jalan-jalan lagi, sukanya kuliner, mau jadi apa sih nanti?”. “Kamu itu cocoknya
jadi pemimpin daerah din! Sistem kamu lebih yang ke underground”, dll.
Itulah celotoh beberapa kawan
terdekat bahkan kawan terjauhku di pulau lain.
Aku tersenyum simpul menjawab segala
perkataan mereka dan seolah-olah meramalku secara tidak langsung.
Hari ini atau yang lalu dan apa yang
akan kulakukan kelak itu semua berhubungan dengan kecintaanku untuk melakukan
semua kegiatan yang aku sukai. Aku sangat suka dan ini merupakan hobi ku yang
menempati urutan pertama yaitu jalan-jalan. Aku suka mengunjungi tempat yang
belum pernah aku datangi sebelumnya, kuliner ria, mencari sesuatu yang unik dan
mengunjungi objek wisata yang bisa menenangi hatiku. Hobi ini yang telah
merubah hidupku sejak aku menjadi seorang mahasiswa. Kalian tahu sobat,
kecintaan terhadap hobiku yang satu ini telah banyak mengantarkanku dan mengisi
mimpi-mimpiku menjadi kenyataan. Aku bisa mengelilingi pulau Jawa, Sumatera,
Bali dengan biaya gratis. Selain aku suka mengikuti lomba dan kegiatan di luar
kampus, membuatku bisa menyapa kota-kota yang ada di Indonesia.
Ini adalah kecintaan, ini
adalah kesukaanku, ini adalah hobiku, dari hobi menjadi sebuah keuntungan yang
sangat aku syukuri saat ini. Hobi jalan-jalan saat ini, mungkin saja kelak aku
bisa membangun bisnis biro perjalanan (travelling).
Kita tidak tahu kelak, tapi lakukan kecintaanmu terhadap sesuatu se-enjoy mungkin dan bisa memberikan
manfaat bagi hidupku.
Lalu, hobiku berbicara
dan suka memotivasi orang lain. Tidak sedikit yang membicarakan bahwa di masa
yang akan datang aku akan menjadi seorang pemimpin daerah ataupun seorang
motivator. Aku hanya mengaminkan dan berdoa apapun aku kelak aku hanya
menginginkan bahwa aku bisa melakukan yang terbaik untuk sekitarku, untuk
daerahku, untuk kehidupan orang lain kelak.
Aku ingin membangun desa
menjadi perkotaan. Perkotaan menjadi kota megapolitan. Transformasi desa dan
kota tersebut akan kubuat seapik mungkin dengan hijaunya pemandangan,
pekarangan. Aku tidak ingin merusak BUMI, LINGKUNGAN! Aku ingin membuat mereka
senang dan bahagia karena KITA. Kita yang menumpang di BUMI ini, kenapa kita
yang hancurkan?.
Aku mempunyai MIMPI BESAR untuk PERUBAHAN BESAR kelak! Aku
memiliki MISI yang LUAR BIASA untuk menyelamatkan BUMI ini. Aku tak mau melihat
BUMI ini marah, bersedih dan meratapi keadaannya. Aku ingin menyelamatkan BUMI
ini. Kelak, dengan sejuta mimpiku, aku akan lakukan itu untuk BUMI kita!. (Dini
Fuadillah Sofyan)
Regards
Dini Fuadillah Sofyan
Untuk perubahan besar, lakukan dari
hal-hal kecil untuk menjaga BUMI ini! J
No comments:
Post a Comment